ASKEP ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN HALUSINASI
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم
PENGKAJIAN PADA PASIEN Tn. A DENGAN HALUSINASI
TINJAUAN KASUS
Identitas Klien
Inisial : Tn.A
Ruang Rawat : Yayasan pemenang jiwa sumatra utara
MR No : 04.22.31
Tanggal Masuk RS : 04 mei 2019
Tanggal Pengkajian : 25 februari 2021
Umur : 33 Tahun
Agama : kristen
Informan : Klien dan Status Klien
Alasan Masuk
Klien Awalnya marah-marah dan melempar barang-barang karena kesal, suka menyendiri, melamun, sering bicara sendiri, mondar mandir, mendengar suara-suara tanpa wujud, tertawa sendiri.
Masalah keperawatan : Gangngguan Sensori Persepsi Halusinasi Pendengaran
Faktor Predisposisi
Klien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa ± 2 tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2019 dan pulang kerumah dalam keadaan tenang. Dirumah klien tidak rutin minum obat, tidak mau kontrol ke RSJ sehingga timbul gejala-gejala seperti diatas kemudian klien kambuh lagi. Klien awalnya marah-marah dan melempar barang-barang karena kesal, suka menyendiri, melamun, sering bicara sendiri, mondar mandir, mendengar suara-suara tanpa wujud, tertawa sendiri akhirnya keluarga membawa klien kembali di Yayasan pemenangan jiwa Sumatera Utara pada tanggal 26 Februari 2019. Keluarga klien tidak ada yang pernah mengalami gangguan jiwa.
Masalah keperawatan : Gangngguan Sensori Persepsi Halusinasi Pendengaran
Fisik
Klien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, didapatkan hasil TD : 110/80 mmHg ; N : 82x/i ; S : 36,5oC ; P : 20x/i. Klien memiliki tinggi badan 168 cm dan berat badan 67 Kg.
Psikososial
- Genogram
Penjelasan :
Klien merupakan anak keenam dari 6 bersaudara ,klien memiliki tiga abang dan 2 kakak perempuan. Klien belum menikah.
Konsep diri
- Gambaran diri : Klien menyukai seluruh tubuhnya dan tidak ada yang cacat
- Identitas : Klien anak ke 6 dari 6
- Peran : klien hanya lulusan SMA yang saat ini tidak memiliki pekerjaan
- Ideal diri : Klien merasa malu karena klien dirawat di RSJ dan ingin cepat pulang ke rumah.
- Harga diri : Klien mengatakan merasa malu berada di rumah sakit jiwa dan merasa bosan.
Masalah keperawatan: Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Hubungan social
Klien mengganggap bahwa keluarganya adalah orang yang sangat berarti dalam hidupnya, terutama orangtuanya. Klien mengatakan tidak mengikuti kegiatan di kelompok/masyarakat. Klien mengatakan mempunyai hambatan dalam berhubungan dengan orang lain karena klien sulit bergaul dan selalu ingin menyendiri.
Masalah keperawatan: Isolasi Sosial : Menarik Diri
Spiritual
- Nilai dan Keyakinan: Klien beragama kristen dan yakin dengan
- Kegiatan Ibadah : Klien melakukan ibadah selama
Status Mental
- Penampilan pasien rapi seperti berpakaian biasa pada umum
- Pembicaraan : Klien bicara dengan lambat.
- Aktivitas Motorik : Klien mengatakan bisa melakukan aktivitas sehari – hari.
- Suasana perasaan : klien tidak mampu mengepresikan perasaan nya pada saat mendengarkan suara – suara.
Masalah keperawatan ; Gangguan Sensori Persepsi : Halusinas
- Afek Penjelasan : efek wajah sesuai dengan topik pembicaraan
- Interaksi selama wawancara - Penjelasan :Klien kooperatif saat wawancara
- Persepsi - Penjelasan :Klien mengatakan bahwa ia mendengar ada suara- suara
Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori : halusinasi
- Proses Pikir - Penjelasan : Klien mampu menjawab apa yang ditanya dengan
- Isi piker - Penjelasan :Klien dapat mengontrol isi pikirnya,klien tidak mengalami gangguan isi pikir dan tidak ada waham. Klien tidak mengalami fobia, obsesi ataupun depersonalisasi.
- Tingkat kesadaran - Penjelasan :Klien tidak mengalami gangguan orientasi, klien mengenali waktu, orang dan tempat.
- Memori - Penjelasan :Klien mampu menceritakan kejadian di masa lalu dan yang baru terjadi.
- Tingkat konsentrasi berhitung - Penjelasan: Klien mampu berkonsentrasi dalam perhitungan sederhana tanpa bantuan orang lain.
- Kemampuan penilaian - Penjelasan : Klien dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk (mampu melakukan penilaian)
- Daya tilik diri - Penjelasan: Klien tidak mengingkari penyakit yang diderita, klien mengetahui bahwa dia sedang sakit dan dirawat di rumah sakit jiwa.
Mekanisme Koping
Klien mengalami mekanisme koping adaptif yaitu klien dapat berbicara baik dengan orang lain.
Masalah Psikososial dan Lingkungan
Klien mengatakan sulit berteman dengan orang lain karena klien selalu ingin menyendiri.
Masalah keperawatan ; isolasi sosial ; menarik diri
Pengetahuan Kurang Tentang Gangguan Jiwa
Klien tidak mengetahui tentang gangguan jiwa yang di alaminya dan obat yang dikonsumsinya.
Aspek Medik
Diagnosa medis : Skizofrenia Paranoid Terapi medis yang diberikan:
- Resperidon tablet 2 mg 2x1
Analisa Data
Masalah Keperawatan
- Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
- Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
- Isolasi Sosial: Menarik Diri
Pohon Masalah
Prioritas Diagnosa Keperawatan
- Gangguan persepsi Sensorik : Halusinasi pendengaran
Intervensi Keperawatan
Implementasi dan Evaluasi
BAB 4 PEMBAHASAN
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawat kepada Tn.A dengan gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran diYayasan pemenang jiwa sumatra utara, maka penulis pada BAB ini akan membahasan kesenjangan antara teoritis dengan tinjauan kasus. Pembahasan dimulai melalui tahapan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keparawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pengkajian
Pada pembahasan ini diuraikan tentang hasil pelaksanaan tindakan keperawatan dengan pemberian terapi generalis pada klien halusinasi pendengaran. Pembahasan menyangkut analisis hasil penerapan terapi generalis terhadap masalah keperawatan halusinasi pendengaran. Tindakan keperawatan didasarkan pada pengkajian dan diagnosis keperawatan yang terdiri dari tindakan generalis yang dijabarkan sebagai berikut.
Tahap pengkajian pada klien halusinasi dilakukan interaksi perawat-klien melalui komunikasi terapeutik untuk mengumpulkan data dan informasi tentang status kesehatan klien. Pada tahap ini terjadi proses interaksi manusia, komunikasi, transaksi dengan peran yang ada pada perawat sebagaimana konsep tentang manusia yang bisa dipengaruhi dengan adanya proses interpersonal.
Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber, yaitu dari pasien dan tenaga kesehatan di ruangan. Penulis mendapat sedikit kesulitan dalam menyimpulkan data karena keluarga pasien jarang mengunjungi pasien di rumah sakit jiwa. Maka penulis melakukan pendekatan kepada pasien melalui komunikasi terapeutik yang lebih terbuka membantu pasien untuk memecahkan perasaannya dan juga melakukan observasi kepada pasien.
Adapun upaya tersebut yaitu:
- Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri pada klien agar klien lebih terbuka dan lebih percaya dengan menggunakan
- Mengadakan pengkajian klien dengan wawancara
- Mengadakan pengkajian dengan cara membaca status, melihat buku rawatan dan bertanya kepada pegawai ruangan sorik
Dalam pengkajian ini, penulis menemukan kesenjangan karena ditemukan. Pada kasus Tn.A, klien mendengar suara-suara yang menyuruh untuk melakukan sholat, gelisah, mondar-mandir, tampak tegang, putus asa, sedih dan lain-lain. Gejala gejala yang muncul tersebut tidak semua mencakup dengan yang ada di teori klinis dari halusnasi (Keliat,.2014). Akan tetapi terdapat faktor predisposisi maupun presipitasi yang menyebabkan kekambuhan penyakit yang dialami oleh Tn.A.
Tindakan keperawatan terapi generalis yang dilakukan pada Tn.A adalah strategi pertemuan pertama sampai pertemuan empat. Strategi pertemuan pertama meliputi mengidentifikasi isi, frekuensi, jenis, dan respon klien terhadap halusinasi serta melatih cara menghardik halusinasi. Strategi pertemuan kedua yang dilakukan pada Tn.A meliputi melatih cara mengendalikan dengan bercakap-cakap kepada orang lain. Strategi pertemuan yang ketiga adalah menyusun jadwal kegiatan bersama-sama dengan klien. Strategi pertemuan keempat adalah mengajarkan dan melatih Tn.A cara minum obat yang teratur.
Diagnosa Keperawatan
Pada Teori Halusinasi (NANDA, 2015-2017), diagnosa keperawatan yang muncul sebanyak 3 diagnosa keperawatan (Aji, 2019) yang meliputi:
- Harga diri rendah
- Isolasi social
- Halusinasi
Sedangkan pada kasus Tn.A ditemukan lima diagnosa keperawatan yang muncul yang meliputi: harga diri rendah, isolasi sosial, halusinasi, koping individu inefektif, regimen teraupetik inefektif. Dari hal tersebut di atas dapat dilihat terjadi kesamaan antara teori dan kasus. Dimana semua diagnosa pada teori muncul pada kasus Tn.A
Implementasi
Implementasi, adalah tahap dimana perawat memulai melakukan tindakan penulis hanya mengatasi masalah keperawatan halusinasi pendengaran. Dengan melakukan strategi pertemuan yaitu mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadi, perasaan, respon halusinasi. Kemudian strategi pertemuan yang dilakukan yaitu latihan mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Strategi pertemuan yang kedua yaitu anjurkan minum obat secara teratur, strategi pertemuan yang ke tiga yaitu latihan dengan cara bercakap - cakap pada saat aktivitas dan latihan strategi pertemuan ke empat yaitu melatih klien melakukankegiatan terjadwal.
Evaluasi
Pada tinajauan teoritis evaluasi yang diharapkan adalah: Pasien mempercayai perawat sebagai terapis, pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya, dapat mengidentifikaasi halusinasi, dapat mengendalikan halusinasi melalui mengahrdik, latihan bercakap-cakap, melakukan aktivitas serta menggunakan obat secara teratur.
Pada tinjauan kasus evaluasi yang didapatkan adalah: Klien mampu mengontrol dan mengidentifikasi halusinasi, Klien mampu melakukan latihan bercakap-cakap dengan orang lain, Klien mampu melaksanakan jadwal yang telah dibuat bersama, Klien mampu memahami penggunaan obat yang benar: 5 benar. Selain itu, dapat dilihat dari setiap evalusi yang dilakukan pada asuhan keperawatan, dimana terjadi penurunan gejala yang dialami oleh Tn.A dari hari kehari selama proses interaksi.
BAB 5 PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas, maka penulis dapat disimpulkan bahwa:
- Pengkajian dilakukan secara langsung pada klien dan juga dengan menjadikan status klien sebagai sumber informasi yang dapat mendukung data-data pengkajian. Selama proses pengkajian, perawat mengunakan komunikasi terapeutik serta membina hubungan saling percaya antara perawat-klien. Pada kasus Tn.A, diperoleh bahwa klien mengalami gejala-gejala halusinasi seperti mendengar suara-suara, gelisah, sulit tidur, tampak tegang, mondar-mandir,tidak dapat mempertahankan kontak mata, sedih, malu, putus asa, menarik diri, mudah marah dan lain-lain. Faktor predisposisi pada Tn.A yaitu pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya serta memiliki riwayat mengonsumsi alkohol dan obat
- Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Tn.A,:Halusinasi pendengaran, isolasi sosial, koping individu inefektif, regimen teraupetik keluarga inefektif, harga diri rendah serta keputusasaan. Tetapi pada pelaksanaannya, penulis fokus pada masalah utama yaitu halusinasi
- Perencanaan dan implementasi keperawatan disesuaikan dengan strategi pertemuan pada pasien halusinasi pendengaran dan harga
- Evaluasi diperoleh bahwa terjadi peningkatan kemampuan klien dalam mengendalikan halusinasi yang dialami serta dampak pada penurunan gejala halusinasi pendengaran yang
Saran
- Bagi Perawat
Diharapkan dapat menerapkan komunikasi terapeutik dalam pelaksanaan strategi pertemuan 1-4 pada klien dengan halusinasi sehingga dapat mempercepat proses pemulihan klien.
- Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan bimbingan klinik kepada mahasiswa profesi ners sehingga mahasiswa semakin mampu dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien-pasien yang mengalami halusinasi pendengaran
- Bagi Rumah Sakit
Laporan ini diharapkan dapat menjadai acuan dan referensi dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi pendengaran.
Alhamdulillah selesai, Terimakasih informasi singkat yang bisa saya bagikan semoga bermanfaat.
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Posting Komentar untuk "ASKEP ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN HALUSINASI"