Mungkinkah Allah SWT Mengampuniku - Sedangkan Dosaku Begitu Banyak?
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم
Mungkinkah Allah
SWT akan mengampuni dosaku, sedangkan dosaku begitu banyak sekali?
Semoga pelajaran
dari kisah ini tidak membuat yang memiliki banyak dosa berputus asa. Selama
hayat masih dikandung badan, taubat masih terus diterima oleh Allah SWT.
Kisah Taubat Seorang Pembunuh 100 Jiwa
Kisah ini
diriwayatkan dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinaan Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أنّ
نَبِيَّ الله – صلى الله عليه وسلم – ، قَالَ : (( كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكمْ
رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وتِسْعينَ نَفْساً ، فَسَأَلَ عَنْ أعْلَمِ أَهْلِ الأرضِ
، فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ ، فَأَتَاهُ . فقال : إنَّهُ قَتَلَ تِسعَةً وتِسْعِينَ
نَفْساً فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوبَةٍ ؟ فقالَ : لا ، فَقَتَلهُ فَكَمَّلَ بهِ مئَةً ،
ثُمَّ سَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الأَرضِ ، فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ .
فقَالَ : إِنَّهُ قَتَلَ مِئَةَ نَفْسٍ فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ ؟ فقالَ :
نَعَمْ ، ومَنْ يَحُولُ بَيْنَهُ وبَيْنَ التَّوْبَةِ ؟ انْطَلِقْ إِلى أرضِ كَذَا
وكَذَا فإِنَّ بِهَا أُناساً يَعْبُدُونَ الله تَعَالَى فاعْبُدِ الله مَعَهُمْ ،
ولاَ تَرْجِعْ إِلى أَرْضِكَ فَإِنَّهَا أرضُ سُوءٍ ، فانْطَلَقَ حَتَّى إِذَا
نَصَفَ الطَّرِيقَ أَتَاهُ الْمَوْتُ ، فاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلائِكَةُ الرَّحْمَةِ
ومَلائِكَةُ العَذَابِ . فَقَالتْ مَلائِكَةُ الرَّحْمَةِ : جَاءَ تَائِباً ،
مُقْبِلاً بِقَلبِهِ إِلى اللهِ تَعَالَى ، وقالتْ مَلائِكَةُ العَذَابِ : إنَّهُ
لمْ يَعْمَلْ خَيراً قَطُّ ، فَأَتَاهُمْ مَلَكٌ في صورَةِ آدَمِيٍّ فَجَعَلُوهُ
بَيْنَهُمْ
– أيْ
حَكَماً – فقالَ : قِيسُوا ما بينَ الأرضَينِ فَإلَى أيّتهما كَانَ أدنَى فَهُوَ
لَهُ . فَقَاسُوا فَوَجَدُوهُ أدْنى إِلى الأرْضِ التي أرَادَ ، فَقَبَضَتْهُ
مَلائِكَةُ الرَّحمةِ ))
“Dahulu pada masa sebelum kalian ada seseorang yang pernah membunuh
sembilan puluh sembilan nyawa. Lalu ia bertanya tentang keberadaan orang-orang
yang paling alim di muka bumi. Pertama, ia ditunjuki pada seorang rahib
(pendeta). Lantas ia pun mendatanginya dan berkata, ‘Jika seseorang telah
membunuh sembilan puluh sembilan nyawa, apakah taubatnya diterima?’ Rahib pun
menjawabnya, ‘Orang seperti itu tidak diterima taubatnya.’ Lalu orang tersebut
membunuh rahib itu dan genaplah seratus nyawa yang telah ia bunuh.
Kemudian ia kembali
lagi bertanya tentang keberadaan orang yang paling alim di muka bumi. Ia pun
ditunjuki kepada seorang ‘alim. Lantas ia bertanya pada ‘alim tersebut, ‘Jika
seseorang telah membunuh seratus jiwa, apakah taubatnya masih diterima?’ Orang
‘alim itu pun menjawab, ‘Ya masih diterima. Dan siapakah yang akan menghalangi
antara dirinya dengan taubat? Beranjaklah dari tempat ini dan ke tempat yang
jauh di sana karena di sana terdapat sekelompok manusia yang menyembah Allah
SWT Ta’ala, maka sembahlah Allah SWT bersama mereka. Dan janganlah kamu kembali
ke tempatmu (yang dulu) karena tempat tersebut adalah tempat yang amat
jelek.’
Laki-laki ini pun
pergi (menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang alim tersebut). Ketika sampai
di tengah perjalanan, maut pun menjemputnya. Akhirnya, terjadilah perselisihan
antara malaikat rahmat dan malaikat adzab. Malaikat rahmat berkata, ‘Orang ini
datang dalam keadaan bertaubat dengan menghadapkan hatinya kepada Allah SWT.’
Namun malaikat adzab berkata, ‘Orang ini belum pernah melakukan kebaikan
sedikit pun.’ Lalu datanglah malaikat lain dalam bentuk manusia, mereka pun
sepakat untuk menjadikan malaikat ini sebagai pemutus perselisihan mereka.
Malaikat ini berkata, ‘Ukurlah jarak kedua tempat tersebut (jarak antara tempat
jelek yang dia tinggalkan dengan tempat yang baik yang ia tuju). Jika jaraknya
dekat, maka ia yang berhak atas orang ini.’ Lalu mereka pun mengukur jarak
kedua tempat tersebut dan mereka dapatkan bahwa orang ini lebih dekat dengan
tempat yang ia tuju. Akhirnya,ruhnya pun dicabut oleh malaikat rahmat.” (HR. Bukhari dan Muslim, no. 2766)
Pelajaran yang bisa dipetik dari kisah
ini
Pertama: Seorang pembunuh masih memiliki kesempatan
untuk bertaubat.
Kedua: Hati ahli maksiat lebih mudah tergugah untuk
bertaubat kepada Allah SWT karena dia merasa berbuat salah sedangkan ahli ibadah
tidak demikian.
Ketiga: Orang yang berilmu lebih utama daripada ahli
ibadah karena ahli ibadah yang jahil (bodoh) terkadang dengan kejahilannya akan
bertindak ngawur sekalipun menurut dia hal itu baik. Dari sini dapat diketahui
bahwa orang yang terjun berdakwah, hendaklah memiliki ilmu agar tidak membuat
kerusakan yang lebih besar.
Keempat: Orang bodoh adalah musuh bagi dirinya
sendiri sebagaimana si rahib di atas, dikarenakan kedangkalan ilmunya, maka dia
kurang waspada dari sang pembunuh sehingga dia memperoleh akibatnya.
Kelima: Orang yang berilmu merupakan cahaya bersinar
yang bermanfaat bagi manusia.
Keenam: Seorang da’i dan alim ulama hendaknya
memberikan kabar gembira kepada manusia serta tidak melarikan mereka sehingga
mereka merasa pesimis dari keluasan rahmat Allah SWT.
Ketujuh: Orang yang bertaubat hendaknya berpindah
dari lingkungan yang buruk ke lingkungan yang lebih baik.
Kedelapan: Bergaul dengan orang-orang soleh
merupakan penyebab kuatnya iman dan lemahnya tipu daya setan. (Disarikan dari
Bahjah An-Nazhirin, Syaikh Salim Al-Hilaly)
Luasnya ampunan Allah SWT
Kalau ada yang
masih ragu “mungkinkah Allah SWT mengampuniku”, coba renungkan hadits berikut
ini.
Dari Anas
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah SWT Taala berfirman,
يَا
ابْنَ آدَمَ! إِنَّكَ لَو أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ
لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكُ بِي شَيْئاً لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً
“…Hai anak Adam, sungguh seandainya kamu mendatangi-Ku dengan dosa
sepenuh bumi, kemudian mendatangi-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku dengan
sesuatupun. Sungguh Aku akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi pula.”
(HR. Tirmidzi, dihasankan oleh Al Albani di Shohihul Jaami).
Syaikh Salim bin
Ied Al-Hilaly hafizhahullah berkata, “Wahai
hamba yang ingin bertaubat, jika engkau sudah berkeinginan kuat untuk melakukan
taubatan nashuha (taubat yang semurni-murninya) dan engkau jujur terhadap Allah
SWT, maka bertawakkallah kepada-Nya. Sesungguhnya Allah SWT Maha Pemurah lagi
Maha Mulia, Dia tidak akan mengembalikanmu dengan tangan kosong walaupun dosa-dosamu
sudah memenuhi isi langit.” (At-Taubah An Nashuuh, edisi terjemahan dengan
judul Luasnya Ampunan Allah SWT).
اللَّهُمَّ
اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِينَ، وَاجْعَلْنِي مِنَ المُتَطَهِّرِينَ
Allahummaj’alnii
minat tawwabiin waj’alnii minal mutathohhiriin. (Ya Allah SWT, jadikanlah kami bagian
dari orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah kami bagian dari orang-orang
yang mensucikan diri).
Nasihat
Perhatikanlah do’a
yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Abu Bakr Ash
Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, padahal beliau radhiyallahu ‘anhu adalah
sebaik-baik umat yang apabila amalnya ditimbang dengan amal umat ini maka akan
lebih beratlah amal beliau. Apa do’a tersebut ?
Dari Abu Bakr Ash
Shiddiq, beliau berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
عَلِّمْنِى
دُعَاءً أَدْعُو بِهِ فِى صَلاَتِى . قَالَ « قُلِ :اللَّهُمَّ إِنِّى
ظَلَمْتُ نَفْسِى ظُلْمًا كَثِيرًا وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ ،
فَاغْفِرْ لِى مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ ، وَارْحَمْنِى إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ
الرَّحِيمُ »
“Ajarkanlah aku suatu do’aa yang bisa aku panjatkan saat shalat!”
Maka beliau pun berkata, “Bacalah: ‘ALLAHUMMA INNII ZHOLAMTU NAFSII ZHULMAN
KATSIIRAN WA LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLAA ANTA FAGHFIRLII MAGHFIRATAN MIN
‘INDIKA WARHAMNII INNAKA ANTAL GHOFUURUR RAHIIM (Ya Allah SWT, sungguh aku
telah menzhalimi diriku sendiri dengan kezhaliman yang banyak, sedangkan tidak
ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Maka itu ampunilah aku
dengan suatu pengampunan dari sisi-Mu, dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang) ‘.” (HR. Bukhari, no. 834 dan
Muslim, no. 2705)
Semoga Allah SWT
menerima taubat kita sekalian: Aamiin
Posting Komentar untuk "Mungkinkah Allah SWT Mengampuniku - Sedangkan Dosaku Begitu Banyak?"